25 musim berjalan memangku kenangan, kebahagiaan, kesedihan, amarah dan kasih sayang.
Seiring dengan 200 juta keprihatinan dan penantian ketentraman, lahir sebuah harapan.
Di musim terakhir tertunduk pada dua kebimbangan, yang satu memikul beban dan yang satu menjinjing beban.
Pada satu ruang terlihat matahari berjalan bersahabat dengan waktu dan penghuni benua.
Dimana etika perilaku dan bahasa persahabatan terpaku pada akar dan gugusanya, serta permainan kehidupan tidak mampu melampau batasan jari jemari Tuhan.namun buaian mimpi akan kesejahteraan terus menampar.
Di luar jendela ruang terlukis dahsyatnya perdebatan manusia, permainan syetan dan campur tangan kebiadaban 3 bisikan iblis. Tergetar seluruh nadi setiap kali aku tersenyum mungkir, walau raga terbuang di atas keseragaman warna.
Disana aku lahir
Dan disana aku mengabdi....
Disana aku berlari
Dan disana aku akan berhenti
Aku akan pulang
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
1 comment:
kampungku rata dengan tanah
kini digenangi kolera
tinja
dan mayat manusia
ntah aku harus apa...
sejak lahir aku tak pernah mengenal dia
tapi kini
aku merindukanmu
tanah air....
Post a Comment